Profil Desa Sukorini
Ketahui informasi secara rinci Desa Sukorini mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Sukorini, Manisrenggo, Klaten, sebagai lumbung padi utama di tingkat kecamatan. Mengupas tuntas sistem pertanian padi sawah, peran vital irigasi teknis, kekuatan kelembagaan kelompok tani, serta data demografi dan budaya agraris desa.
-
Lumbung Padi Kecamatan
Sukorini memegang peranan krusial sebagai salah satu pusat utama penghasil beras di Kecamatan Manisrenggo, dengan hamparan lahan sawah produktif yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan lokal.
-
Pertanian Terorganisir Berbasis Irigasi
Keberhasilan pertanian di desa ini ditopang oleh sistem irigasi teknis yang terkelola dengan baik dan soliditas kelembagaan petani melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dalam mengatur pola tanam dan air.
-
Budaya Agraris yang Mengakar Kuat
Kehidupan sosial dan tradisi masyarakat Desa Sukorini sangat lekat dengan siklus tanam dan panen padi, tecermin dalam ritual adat seperti syukuran panen dan semangat gotong royong yang tinggi.
Di antara mosaik desa-desa produktif di Kecamatan Manisrenggo, Desa Sukorini menonjol dengan identitasnya yang kokoh sebagai lumbung padi. Hamparan sawah hijau yang membentang luas bukan sekadar pemandangan, melainkan sebuah mesin produksi pangan yang vital bagi Kabupaten Klaten. Kehidupan di desa ini berdenyut selaras dengan ritme tanam dan panen, ditopang oleh sistem irigasi teknis yang terorganisir dan kelembagaan petani yang solid. Sukorini merupakan representasi ideal dari desa agraris yang menjaga perannya sebagai penyangga ketahanan pangan.
Geografi dan Demografi: Jantung Agraris di Perbatasan
Desa Sukorini secara administratif merupakan bagian dari Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten. Total luas wilayahnya mencapai 135,25 hektar, di mana sebagian besar lahannya merupakan sawah beririgasi teknis. Lanskap desa ini didominasi oleh pemandangan agraris yang subur, menandakan potensinya sebagai pusat pertanian tanaman pangan.Secara geografis, Desa Sukorini menempati posisi yang strategis. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan dengan Desa Barukan. Sisi timur desa ini menjadi penanda batas wilayah Kecamatan Manisrenggo, karena berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Prambanan. Di sebelah selatan, Sukorini bersebelahan dengan Desa Kecemen, sementara di sisi barat berbatasan dengan Desa Tijayan. Posisinya di perbatasan ini memberikan aksesibilitas yang baik sekaligus menjadikannya sebagai garda depan pertanian di wilayah timur Manisrenggo.Berdasarkan data kependudukan tahun 2023, jumlah penduduk Desa Sukorini tercatat sebanyak 3.120 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 2.307 jiwa per kilometer persegi. Struktur demografi ini menunjukkan komunitas yang cukup padat, dengan mayoritas warganya menggantungkan hidup secara langsung maupun tidak langsung pada sektor pertanian padi sawah.
Tulang Punggung Ekonomi: Pertanian Padi Sawah dan Irigasi Teknis
Kekuatan utama yang menjadi penopang ekonomi dan identitas Desa Sukorini ialah pertanian padi sawah. Desa ini dikenal luas sebagai salah satu produsen beras terbesar dan paling konsisten di Kecamatan Manisrenggo. Keberhasilan ini tidak lepas dari dua faktor kunci: kesuburan tanah dan, yang lebih penting, ketersediaan air dari sistem irigasi teknis yang mengaliri sawah-sawah warga sepanjang tahun.Jaringan irigasi yang terkelola dengan baik memungkinkan para petani untuk menerapkan pola tanam yang teratur dan terjadwal. Umumnya, mereka dapat melakukan penanaman padi sebanyak dua hingga tiga kali dalam setahun, diselingi dengan penanaman palawija untuk memutus siklus hama dan menjaga kesehatan tanah. Keberadaan air yang terjamin mengurangi risiko gagal panen akibat kekeringan yang seringkali menjadi momok bagi petani di lahan tadah hujan.Para petani di Sukorini juga dikenal adaptif terhadap perkembangan teknologi pertanian. Banyak di antara mereka yang telah beralih ke varietas padi unggul yang memiliki produktivitas tinggi dan lebih tahan terhadap serangan hama. Penggunaan alat-alat pertanian modern seperti traktor tangan dan mesin perontok padi juga sudah menjadi hal yang umum, membantu meningkatkan efisiensi kerja dan menekan biaya produksi.
Kekuatan Kelembagaan: Soliditas Kelompok Tani
Di balik produktivitas lahan yang tinggi, terdapat kekuatan kelembagaan petani yang solid dan terorganisir. Para petani di Desa Sukorini tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan tergabung dalam beberapa Kelompok Tani (Poktan) yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tingkat desa. Lembaga inilah yang menjadi motor penggerak utama dalam manajemen pertanian komunal.Gapoktan memainkan peran sentral dalam berbagai aspek, mulai dari penentuan jadwal tanam serentak, pengelolaan distribusi air irigasi secara adil, hingga pengorganisasian gerakan pengendalian hama terpadu. Pola tanam serentak, misalnya, merupakan strategi yang sangat efektif untuk memutus siklus hidup hama seperti wereng dan tikus, sehingga serangan dapat diminimalkan secara signifikan."Kalau tanamnya serentak, hama akan bingung karena makanan tersedia melimpah dalam satu waktu, setelah panen serentak, makanan hilang. Ini lebih efektif daripada penyemprotan pestisida secara individu," ungkap Sutrisno, salah seorang pengurus Gapoktan Desa Sukorini. Menurutnya, musyawarah di tingkat kelompok tani menjadi kunci untuk mencapai kesepakatan dan memastikan semua petani mematuhi jadwal yang telah ditetapkan. Selain itu, Gapoktan juga berfungsi sebagai jembatan antara petani dengan pemerintah, memfasilitasi penyaluran bantuan pupuk bersubsidi, benih unggul, hingga akses terhadap penyuluhan pertanian.
Dimensi Sosial-Budaya: Tradisi dalam Siklus Tanam
Kehidupan masyarakat Desa Sukorini sangat dipengaruhi oleh siklus pertanian padi. Ritme tanam, matun (menyiangi rumput), hingga panen raya tidak hanya menjadi agenda ekonomi, tetapi juga membentuk kalender sosial dan budaya. Berbagai tradisi dan ritual adat yang berhubungan dengan pertanian masih terus dilestarikan sebagai wujud rasa syukur dan penghormatan terhadap alam.Salah satu tradisi yang masih kuat dipertahankan ialah syukuran panen atau bersih desa. Setelah panen raya yang sukses, warga akan berkumpul untuk memanjatkan doa bersama, seringkali diakhiri dengan kenduri atau makan bersama di area persawahan. Ritual ini menjadi simbol terima kasih kepada Tuhan atas rezeki yang dilimpahkan melalui hasil bumi, sekaligus menjadi ajang untuk mempererat ikatan sosial antarwarga. Semangat gotong royong juga sangat terasa, terutama saat musim tanam dan panen, di mana para petani saling membantu satu sama lain untuk menyelesaikan pekerjaan di sawah.
Prospek dan Tantangan Pembangunan
Sebagai lumbung padi, Desa Sukorini memiliki prospek yang cerah namun juga dihadapkan pada tantangan zaman. Tantangan utama yang dihadapi meliputi dampak perubahan iklim yang dapat mengganggu pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi, serangan hama dan penyakit tanaman yang semakin resisten, serta regenerasi petani. Menurunnya minat generasi muda untuk bekerja di sawah menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan sektor pertanian di masa depan.Meskipun demikian, peluang untuk berkembang sangat terbuka. Desa Sukorini memiliki potensi besar untuk menjadi pusat agrowisata berbasis persawahan. Pemandangan hamparan padi yang hijau atau menguning saat panen merupakan daya tarik visual yang dapat dikembangkan. Paket wisata edukasi mengenai proses tanam padi secara tradisional hingga modern, atau pengalaman "menjadi petani sehari," dapat menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.Selain itu, ada peluang untuk meningkatkan nilai tambah produk dengan mengembangkan "Beras Sukorini" sebagai brand premium. Dengan menonjolkan keunggulan seperti penanaman organik atau varietas lokal yang khas, beras dari Sukorini dapat memiliki harga jual yang lebih tinggi. Pemanfaatan teknologi digital untuk pemasaran dan distribusi juga akan membantu petani menjangkau pasar yang lebih luas secara langsung.Secara keseluruhan, Desa Sukorini merupakan pilar penting dalam arsitektur ketahanan pangan Kabupaten Klaten. Dengan fondasi pertanian yang kuat, kelembagaan yang solid dan budaya agraris yang mengakar, desa ini akan terus menjadi sumber kehidupan, menjaga denyut nadi pertanian bagi generasi yang akan datang.
